DBD atau Chikungunya? Begini Cara Membedakannya!
- ayuniarti0
- 7 hari yang lalu
- 3 menit membaca

Di musim hujan, penyakit yang ditularkan oleh nyamuk seperti Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Chikungunya sering menjadi ancaman kesehatan masyarakat di Indonesia. Menurut data Kementerian Kesehatan, kasus DBD mencapai ribuan setiap tahun, sementara Chikungunya juga meningkat di daerah tropis. Kedua penyakit ini memiliki gejala mirip, seperti demam tinggi dan nyeri tubuh, sehingga sulit dibedakan tanpa pemeriksaan medis. Namun, memahami perbedaannya penting untuk penanganan dini dan pencegahan komplikasi serius. Artikel ini akan membahas secara lengkap cara membedakan DBD dan Chikungunya, mulai dari penyebab, gejala, hingga pencegahan. Dengan pengetahuan ini, Anda bisa lebih waspada dan segera mencari bantuan medis jika diperlukan, terutama di tengah peningkatan kasus pada tahun 2025.
Apa Itu DBD dan Chikungunya?

DBD, atau Demam Berdarah Dengue, adalah infeksi virus yang disebabkan oleh virus dengue dengan empat serotipe (DEN-1 hingga DEN-4). Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus, yang aktif di siang hari. DBD bisa berkembang menjadi bentuk parah seperti Dengue Shock Syndrome (DSS), yang berpotensi fatal jika tidak ditangani cepat.
Sementara itu, Chikungunya, sering disebut "flu tulang", disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIKV) dari keluarga Alphavirus. Penularannya juga melalui nyamuk Aedes yang sama dengan DBD. Meski jarang mematikan, Chikungunya bisa menyebabkan nyeri sendi kronis yang bertahan berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun, memengaruhi kualitas hidup penderita. Kedua penyakit ini endemik di Indonesia, dengan puncak kasus saat curah hujan tinggi yang memfasilitasi perkembangbiakan nyamuk.
Penyebab dan Cara Penularan

Penyebab utama keduanya adalah virus yang berbeda, tapi penularannya identik: melalui gigitan nyamuk betina Aedes yang terinfeksi. Nyamuk ini berkembang biak di air genangan seperti ban bekas, pot bunga, atau selokan. Tidak ada penularan langsung antar manusia, tapi jika nyamuk menggigit orang terinfeksi, ia bisa menularkan virus ke orang lain.
Perbedaan mendasar terletak pada virusnya. Virus dengue pada DBD menyerang sistem kekebalan dan pembuluh darah, menyebabkan kebocoran plasma. Sedangkan virus CHIKV pada Chikungunya lebih menargetkan sendi dan otot, menyebabkan peradangan hebat. Masa inkubasi juga berbeda: Chikungunya 3-7 hari setelah gigitan, sementara DBD 4-10 hari. Faktor risiko termasuk tinggal di daerah padat penduduk, kurangnya sanitasi, dan iklim lembab.
Baca juga: Kok Bisa Nyamuk Bersarang di Rumah?
Gejala Umum dan Perbedaannya

Gejala awal DBD dan Chikungunya sangat mirip, seperti demam mendadak, sakit kepala, mual, dan kelelahan. Namun, ada perbedaan kunci yang bisa membantu membedakannya:
1. Pola Demam
DBD memiliki pola demam bifasik: demam tinggi (39-40°C) selama 2-5 hari, lalu turun sementara, kemudian naik lagi disertai gejala parah seperti perdarahan. Chikungunya menyebabkan demam tinggi mendadak yang bertahan 3-5 hari tanpa pola bifasik.
2. Nyeri Tubuh
Nyeri pada Chikungunya lebih intens pada sendi (artritis simetris), sering membuat penderita sulit bergerak seperti "tulang patah". Nyeri ini bisa kronis hingga berbulan-bulan. Pada DBD, nyeri lebih dominan pada otot dan belakang mata, tapi tidak seberat Chikungunya.
3. Ruam Kulit
Ruam pada DBD muncul sebagai bintik merah (petechiae) di lengan, kaki, dan wajah, sering disertai perdarahan gusi atau mimisan. Pada Chikungunya, ruam lebih seperti makulopapular di dada, lengan, dan punggung, tanpa perdarahan signifikan.
4. Gejala Lain
DBD bisa menyebabkan penurunan trombosit, kebocoran plasma, dan syok yang berakibat fatal (tingkat kematian hingga 20% jika tidak diobati). Chikungunya jarang fatal (kurang dari 1%), tapi bisa menimbulkan komplikasi seperti ensefalitis pada bayi atau lansia. Gejala tambahan Chikungunya termasuk konjungtivitis dan pembengkakan sendi, sementara DBD lebih sering dengan muntah dan sakit perut.
Jika gejala muncul, segera periksa ke dokter karena tes darah (seperti ELISA untuk antibodi) diperlukan untuk diagnosis akurat.
Baca juga: 4 Cara Menghindari Gigitan Nyamuk!
Diagnosis dan Pengobatan

Diagnosis DBD melibatkan tes NS1 antigen atau IgM/IgG untuk virus dengue, sementara Chikungunya menggunakan RT-PCR atau serologi untuk CHIKV. Kedua penyakit tidak memiliki obat spesifik; pengobatan simptomatik seperti paracetamol untuk demam, istirahat, dan hidrasi yang cukup. Hindari aspirin karena bisa memperburuk perdarahan pada DBD. Pada kasus parah DBD, rawat inap dengan infus cairan diperlukan. Untuk Chikungunya, fisioterapi bisa membantu nyeri kronis.
Pencegahan yang Efektif
Pencegahan keduanya sama: eliminasi sarang nyamuk dengan program 3M Plus (Menguras, Menutup, Mengubur, plus menggunakan obat nyamuk dan kelambu). Vaksin dengue tersedia untuk DBD di beberapa negara, tapi belum ada vaksin untuk Chikungunya. Gunakan lotion anti-nyamuk, kenakan pakaian panjang, dan lakukan fogging di area endemik. Pantau lingkungan rumah untuk mencegah genangan air, dan laporkan kasus ke puskesmas terdekat.
Membedakan DBD dan Chikungunya bukanlah hal mudah karena gejala mirip, tapi perhatikan pola demam, intensitas nyeri sendi, dan ruam kulit sebagai petunjuk awal. DBD lebih berisiko fatal, sementara Chikungunya menyebabkan ketidaknyamanan jangka panjang. Konsultasi dokter segera adalah kunci, terutama di Indonesia yang rawan wabah. Dengan pencegahan sederhana seperti menjaga kebersihan, kita bisa mengurangi risiko. Jika Anda mengalami gejala, jangan tunda pemeriksaanākesehatan adalah prioritas utama!
Comments